METRO CEPU – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), berakibat pada penurunan penjualan daging sapi di Pasar Sido Makmur Blora.
Pembeli daging sapi semakin sepi dan merasa was-was, ini menyebabkan omset pedagang daging menurun hingga 50 persen.
Salah satu pedagang daging sapi, Ahmad Choirudin, di Pasar Sido Makmur Blora, mengaku mengalami penurunan omset penjualan daging selama seminggu terakhir.
Sejak mewabahnya PMK di Blora, pembeli daging sapi menjadi sepi dan merasa was-was.
“Omset jualan daging dan pembelinya berkurang banyak, ada sekitar 50 persen. Ditambah, pembeli juga pada ketakutan untuk beli daging sapi sejak ada virus wabah PMK,” ungkap Ahmad, Minggu 12 Januari 2025.
Menurut Ahmad, kondisi PMK saat ini membuat pasar khusus los daging menjadi sepi.
Biasanya, ia memotong dua atau tiga ekor sapi, namun dalam seminggu terakhir, Ahmad hanya memotong satu ekor saja.
“Yang biasanya terjual 100 kilogram per hari, sekarang hanya terjual 30 sampai 40 kilogram saja. Pedagang daging yang biasanya habis dan tutup jam 8 pagi, kini jam 9 pagi saja masih ada yang lebih dari separuh belum terjual,” ujarnya.
Ahmad mengatakan, banyak pedagang khususnya di los daging yang mengeluh sepi akibat wabah PMK yang masih tinggi. Menurutnya, wabah PMK akan mereda dalam kurun waktu satu bulan.
“Berharapnya ya ke Dinas Peternakan Blora agar bisa menangani wabah PMK. Ditambah, pembeli tidak perlu takut membeli daging di pasar, karena sudah ada pemeriksaan dari petugas kesehatan,” katanya.
Ahmad menambahkan, harga daging sapi saat ini masih stabil. Daging berkualitas baik dijual seharga Rp130 ribu per kilogram, sedangkan daging biasa dijual seharga Rp 120 ribu per kilogram.
“Intinya sekarang harus menjaga kualitas daging sapi dan meyakinkan para pembeli bahwa kami tidak menyembelih sapi yang terkena PMK,” ucapnya.
Salah satu pembeli daging sapi, Martingah, mengaku was-was dengan adanya wabah PMK yang terjadi pada hewan ternak sapi.
Namun, ia tidak takut selama mengolah daging dengan benar, karena kemungkinan besar virus yang ada di daging bisa mati.
“Membeli daging di pasar itu sudah langganan. Rasa was-was sih ada. Asal mengolahnya benar dan tanek kalau istilah Jawa itu insyaallah virusnya mati dan aman dikonsumsi untuk tubuh,” ucapnya.***