METRO CEPU – Pesanggrahan merupakan istana atau rumah besar yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda di berbagai wilayah Indonesia.
Bangunan ini menjadi simbol kekuasaan dan pengaruh kolonialisme Belanda di Nusantara.
Pesanggrahan ini telah menjadi bukti sejarah kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.
Bangunan ini tidak hanya memiliki nilai arsitektur kuno, tetapi juga merefleksikan dinamika sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia.
Gaya Arsitektur sebuah pesanggrahan yang eksotis khas kolonial Belanda dengan bahan utama kayu jati ini dikenal dengan nama Persanggrahan Klino.
Terletak di Desa Klino, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro, bangunan kuno yang diduga peninggalan Belanda ini masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Bangunan Persanggrahan Klino ini berbentuk rumah panggung dan mempunyai sebuah fondasi persegi di beberapa bawah rumah.
Lantai dan dinding persanggrahan ini keseluruhan berasal dari papan kayu.
Pintu depan terdapat tiga anak tangga sebagai jalan masuk ke dalam pesanggrahan tersebut.
Sekilas pesanggrahan klino seperti sebuah rumah panggung satu lantai.
Namun sebenarnya Persanggrahan Klino memiliki dua lantai di dalamnya dan memiliki beberapa ruangan, seperti ruang tamu, ruang tidur, dan dapur.
Di bagian depan bangunan terdapat teras yang luas dengan pemandangan yang indah.
Menurut majalah Hindia Belanda Pasanggrahans in Nederlandsch-Indiƫ 1929, beberapa lokasi pembangunan pesanggrahan tercatat berada dibeberapa daerah terutama Bojonegoro, seperti Bangeran, Bekti, Gadon, Klino, Nglirip, dan Ngroto.
Pesanggrahan Klino dibangun di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.
Desain arsitekturnya mencerminkan gaya khas kolonial dengan bahan utama kayu jati. Bangunannya berbentuk rumah panggung dengan fondasi persegi di beberapa sudut bawah, serta lantai dan dinding yang terbuat dari kayu.
Tempat ini berfungsi sebagai titik kumpul dan penginapan bagi wisatawan yang ingin menjelajahi kawasan Bojonegoro Selatan, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Nganjuk dan Madiun.
Pada masa kolonial, Bojonegoro Selatan dikenal lebih maju dibandingkan pusat kota Bojonegoro.
Selain pesanggrahan, pemerintah kolonial juga membangun fasilitas pendukung, seperti kolam renang dengan latar pemandangan Pegunungan Wilis yang indah.
Tidak hanya itu, wisatawan juga dimanjakan dengan kuliner khas setempat, salah satunya adalah Nasi Goreng Pandan.
Tempat ini yang telah menjadi saksi ambisi pemerintah kolonial belanda saat itu dan sekarang telah di kembangkan menjadi kawasan wisata berbasis ekologi dan geologi, terutama di sekitar Gunung Gede .
Pesanggrahan Klino ini tidak hanya menawarkan sebuah fasilitas akomodasi, tetapi juga menjadi pintu gerbang menuju keindahan alam Pegunungan Gugusan Pandan.
Jalur yang melintasi hutan dengan pepohonan yang rindang dan juga jalur pegunungan banyak menyuguhkan pemandangan spektakuler, mulai dari lereng hijau yang disinari cahaya matahari hingga pemandangan lembah yang memukau.
Pesanggrahan Klino juga dilengkapi dengan taman rindang yang menyerupai cagar alam, kolam renang yang dapat digunakan wisatawan, serta suasana alami yang memikat baik bagi ahli botani maupun pengunjung biasa.
Tidak mengherankan jika pada masa itu, pesanggrahan ini menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan, baik lokal maupun asing.
Dengan kekayaan sejarah dan keindahan alamnya, Pesanggrahan Klino menjadi salah satu peninggalan yang patut dijaga dan dipelajari lebih lanjut, baik sebagai warisan budaya maupun sebagai potensi wisata yang berbasis ramah lingkungan.
Pesanggrahan Klino merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi bagi pecinta sejarah dan budaya.
Dengan mengunjungi tempat ini, kita dapat belajar tentang sejarah dan budaya Indonesia yang kaya. ***
Sumber: Instagram @bumibudaya, Kajian Komunitas Bumi Budaya