METRO CEPU – Desa Bangsri, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora kembali menghidupkan tradisi luhur yang telah diwariskan turun-temurun yaitu Sedekah Bumi.
Acara yang menjadi wujud syukur atas limpahan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa ini selalu dinanti oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi warga Dusun Ngrapah, Desa Bangsri, Kecamatan Jepon, Blora.
Tahun ini, perayaan Sedekah Bumi di Desa Bangsri terasa istimewa dengan hadirnya pagelaran seni Tayub Blora, sebuah warisan budaya tak benda yang kaya akan nilai filosofis dan keindahan gerak.
Sedekah Bumi bukan sekadar ritual tahunan; ia adalah cerminan dari kearifan lokal yang mendalam, sebuah jembatan penghubung antara manusia dengan alam, serta manifestasi dari rasa gotong royong dan kebersamaan.
Bagi masyarakat agraris di wilayah Kabupaten Blora seperti Desa Bangsri, bumi adalah sumber kehidupan. Oleh karena itu, melalui Sedekah Bumi, mereka mengungkapkan rasa terima kasih atas kesuburan tanah yang telah memberikan hasil panen melimpah, sekaligus memohon keselamatan dan keberkahan untuk tahun-tahun mendatang.
Puncak perayaan Sedekah Bumi di Desa Bangsri selalu diwarnai dengan berbagai kegiatan, mulai dari kenduri bersama, doa lintas agama, hingga sajian jajanan tradisional. Namun, yang paling menarik perhatian pada sedekah bumi yang digelar Minggu 25 Mei 2025 ini adalah pementasan seni tradisional Tayub Blora.
Alunan gending Mbangun Desa, menjadi pembuka saat Kepala Desa Bangsri Yananta Laga Kusuma bersama sejumlah perangkat desa ketiban sampur, lantas berjoget bersama di panggung yang digelar di halam rumah Kepala Dusun Ngrapah Syaikul Amin.
“Jadi ini sebagai bentuk pelestarian seni tradisi di acara sedekah bumi dusun Ngrapah. Acara ini dilaksanakan secara gotong royong, sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT, atas berkah, rezeki dan hasil panen yang cukup. Harapannya, di acara sedekah bumi tahun depan kita semua selalu diberikan berkah, kelancaran rezeki, kesehatan dan serta panjang umur,” kata Kepala Dusun Ngrapah Syaikul Amin.
Lebih lanjut, Syaikul Amin mengatakan, digelarnya pertunjukan seni tayub, merupakan kesenian yang sudah dilakukan oleh para pendahulu setiap sedekah bumi. Sebelum pertunjukan seni tayub dimulai, warga setempat menggelar hajatan (kenduri) bersama di rumah Kadus Ngrapah.
“Seperti desa lainnya, warga dusun Ngrapah juga menyelenggarakan hajatan, membawa nasi tumpeng dan aneka bumbu serta lauk, kemudian berdoa bersama dimpimpin oleh pemuka agama, kemudian nasi tumpeng itu dimakan dan atau dibagikan,” tambahnya.
Aneka makanan tradisional juga disajikan di acara sedekah bumi, seperti tape ketan, pasung, dumbek, bogis dan jadah yang dibuat dari bahan tepung beras ketan serta buah pisang.
Warga setempat juga mengundang sanak famili dan kerabat serta teman kerja untuk datang menikmati makan bersama di rumah mereka.
Antusiasme masyarakat terlihat jelas sepanjang acara. Tua muda, laki-laki dan perempuan, semuanya tumpah ruah menyaksikan setiap rangkaian kegiatan yang menunjukkan betapa kuatnya ikatan komunitas di Desa Bangsri.
Semangat kebersamaan yang terpancar adalah bukti bahwa tradisi ini bukan sekadar formalitas, melainkan perekat sosial yang mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Tayub Blora, dengan segala pesona dan kekhasannya, merupakan seni pertunjukan yang memadukan gerak tari, iringan musik gamelan, dan sinden (penyanyi).
Lebih dari sekadar hiburan, Tayub Blora menyimpan makna mendalam tentang keselarasan hidup, kerendahan hati, dan penghormatan terhadap alam. Gerakan tari yang luwes dan penuh makna, diiringi alunan gamelan yang menenangkan, menciptakan suasana magis yang membawa penonton larut dalam keindahan budaya.
Hadirnya Tayub Blora di perayaan Sedekah Bumi Desa Bangsri memiliki relevansi yang kuat. Tayub seringkali dipentaskan dalam berbagai upacara adat sebagai ungkapan syukur atau permohonan.
Dengan menampilkan Seni Tayub Khas Blora, masyarakat Dusun Ngrapah, Desa Bangsri, Kecamatan Jepon tidak hanya merayakan hasil bumi, tetapi juga melestarikan seni tradisi yang menjadi identitas kebudayaan mereka.
Ini adalah upaya nyata dalam menjaga agar generasi muda tidak tercerabut dari akar budayanya, serta menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap warisan leluhur untuk lebih mencintai dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia.***